dakwatuna.com – Anggota Komisi X DPR RI yang membidangi pendidikan
menyesalkan ulah dari sekelompok siswi SMA yang mempermainkan shalat.
“Apapun alasan dan motif dari
kelakuan para siswi tersebut tidak dapat ditolerir, karena sudah mencederai
masalah prinsip dalam Islam”. Demikian dikatakan Ahmad Zainuddin anggota DPR,
menanggapi kasus beredarnya video sekelompok pelajar SMA yang mempermainkan
shalat.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya,
sekelompok siswi SMA terlihat mempermainkan shalat dengan tarian dan joget yang
diiringi lagu barat dalam sebuah video berdurasi 5 menit 33 detik. Video
tersebut awalnya diunggah oleh pengguna Facebook lalu belakangan menyebar ke
YouTube. Para siswi tersebut menggunakan kaos bertuliskan “SMA Negeri 2
Tolitoli”. Tak pelak video tersebut mendapat tanggapan negatif oleh para
netizen.
Menurut Zainuddin, kejadian ini
mengindikasikan lemahnya pendidikan akhlak yang ada di sekolah. “Di tengah
gencarnya perkembangan teknologi informasi, seharusnya pendidikan di sekolah
mampu untuk meminimalisir dampak negatif dari era globalisasi tersebut.
Perkembangan teknologi informasi harusnya diarahkan untuk hal-hal yang baik,
bukan justru digunakan untuk menghinakan martabat bangsa,” jelasnya.
Di sisi lain ia mengungkapkan bahwa
selain sekolah, peran orang tua dan para ulama sangat penting artinya dalam
mengarahkan putra-putri generasi penerus bangsa agar memiliki akhlak dan
karakter mulia. “Ini adalah tugas kita bersama untuk mencegah perilaku-perilaku
negatif bagi lingkungan masyarakat kita,” ujarnya.
Sedangkan Surahman Hidayat yang juga
merupakan anggota komisi X DPR RI, di sela-sela kegiatan resesnya di dapil Jawa
Barat X mengutuk keras perbuatan tersebut yang melecehkan salah satu praktek
ibadah di dalam agama Islam. Surahman mengatakan, jika mereka beragama Islam
bisa menjadi murtad (keluar dari agama Islam), dan jika mereka non Islam,
perbuatan ini termasuk agresi terhadap kesucian agama Islam.
Politisi senior dari Partai Keadilan
Sejahtera ini melanjutkan, bahwa kejadian ini menjadi cambuk bagi dunia
pendidikan nasional. Pendidikan agama menjadi sangat penting untuk ditingkatkan
baik dari segi kualitatif dan kuantitatif. Porsentase jam pelajaran agama Islam
yang diterapkan di sekolah sekolah umum, sangat sedikit. Surahman mengatakan,
saat ini jumlah jam pelajaran pendidikan agama Islam (PAI) di sekolah-sekolah
masih sangat kurang. Rata-rata pelajaran PAI di sekolah SD hanya 3 jam
pelajaran, sementara di SMP dan SMA/SMK hanya 2 jam pelajaran.
Menurutnya, alokasi jam tersebut
masih sangat sedikit. Akibatnya, pemahaman siswa terhadap pendidikan agama di
sekolah umum sangat terbatas. Di samping itu, Surahman menambahkan, yang tidak
kalah pentingnya, agar pendidikan di keluarga diperhatikan. Kejadian ini
menunjukan, bahwa pendidikan anak tidak bisa digantikan dengan pendidikan di
sekolah. Perhatian para orang tua di rumah terhadap pendidikan anak-anaknya
terutama pendidikan agama, dan budi pekerti menjadi hal yang sangat penting.
Senada dengan Surahman Hidayat,
Ahmad Zainuddin meminta kepada pemerintah yang dalam hal ini Kemendikbud agar
serius dalam membangun moral generasi bangsa dengan merealisasikan pendidikan
karakter secara nyata di sekolah. “Jangan hanya sebatas pada tataran konsep
saja, akan tetapi harus benar-benar di lakukan dalam proses pembelajaran di
sekolah,” tegasnya.
Sanksi
Ahmad Zainuddin mendesak pihak
sekolah untuk memberikan sanksi yang tegas bagi kelompok siswi dan pihak yang
terlibat dalam kejadian tersebut.
“Jika tidak, maka hal tersebut
dikhawatirkan akan menjadi contoh bagi siswa lain untuk melakukan hal yang
serupa,” tambah Zainuddin.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya,
pelajar-pelajar yang mempermainkan shalat tersebut telah diberi sanksi oleh
sekolah yang bersangkutan. Sanksi tegas berupa dikeluarkan dari sekolah dan
tidak diizinkan mengikuti Ujian Nasional. (dakwatuna.com/hdn)
Redaktur: Hendra
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/04/18/31734/ini-dia-tanggapan-dpr-terhadap-video-pelajar-sma-yang-mempermainkan-shalat/#ixzz2QyXKlohU