dakwatuna.com – Nama
lengkapnya Shafiyah binti Huyay bin Akhthab. la adalah putri pemimpin
Yahudi Bani Quraizhah, Huyai bin Akhthab. Ayah Shafiyah adalah pemimpin
terbesar kaum Yahudi.
la termasuk salah satu di antara tawanan
perang Khaibar dan menjadi bagian Dihyah Al-Kalbi. Rasulullah memberikan
kepada Dihyah tawanan lain sebagai gantinya. Kemudian Beliau memberikan
tawaran kepada Shofiyah antara memilih masuk Islam dan dinikahi oleh
Beliau atau tetap beragama Yahudi dan dibebaskan. Shafiyah memilih masuk
Islam dan dinikahi oleh Rasulullah. Rasulullah menikahi Shafiyah ketika
pulang dari Khaibar menuju Madinah.
Shafiyah berusaha untuk
mengejar ketertinggalannya dalam berislam selama ini. Sehingga setiap
waktu ia selalu gunakan untuk beribadah kepada Allah. Ia adalah orang
yang sangat jujur, berkata apa adanya dan bukan basa basi, hatinya
bersih dan keterbukaannya tulus.
la merawikan 10 hadits dari Nabi.
Di antaranya, ia berkata, “Suatu malam, Nabi beri’tikaf di masjid, lalu
aku datang mengunjungi Beliau. Setelah selesai mengobrol, aku berdiri
dan hendak pulang. Beliau pun berdiri untuk mengantarku. Tiba-tiba dua
laki-laki Anshar lewat. Tatkala mereka melihat Nabi, mereka mempercepat
langkah mereka. “Perlahankanlah langkah kalian! Sesungguhnya ini adalah
Shafiyah binti Huyai!” kata Nabi. “Maha suci Allah, wahai Rasulullah”,
kata mereka. Beliau mengatakan, “Sesungguhnya setan itu berjalan
pada aliran darah manusia. Sebenarnya aku khawatir, kalau-kalau setan
membisikkan tuduhan dusta atau hal yang tidak baik dalam hati kalian.” (HR. Al-Bukhari).
Di
hari-hari terakhir kehidupan Utsman bin Affan RA, Shafiyyah RA
menorehkan sikap mulia yang menunjukkan keutamaan dan pengakuannya
terhadap kedudukan Utsman bin ‘Affan RA. Kinanah berkata, “Aku menuntun
kendaraan Shafiyyah ketika hendak membela Utsman. Kami dihadang oleh
Al-Asytar, lalu ia memukul wajah keledainya hingga miring. Melihat hal
itu, Shafiyyah berkata, ‘Biarkan aku kembali, jangan sampai orang ini
mempermalukanku.’ Kemudian, Shafiyyah membentangkan kayu antara rumahnya
dengan rumah Utsman guna menyalurkan makanan dan air minum.”
Sikap
mulia ini menunjukkan ketidaksukaan Ummul Mukminin Shafiyyah RA
terhadap orang-orang yang menzhalimi dan menekan Utsman, bahkan
membiarkannya kelaparan dan kehausan.
Ibnu Al-Atsir dan An-Nawawi
rakimahumallah, memujinya seperti berikut, “Shafiyyah adalah seorang
wanita yang sangat cerdas.” Sedangkan Ibnu Katsir rahimahullah, berkata,
“Shafiyyah adalah seorang wanita yang sangat menonjol dalam ibadah,
kewara’an, kezuhudan, kebaikan, dan shadaqah.
0 komentar:
Posting Komentar